Ayahku (bukan) Pembohong

April 04, 2017


Kisah ini mengambil dua setting waktu yaitu ketika Dam sudah dewasa dan menjadi seorang ayah. Dan Dam kecil yang senang sekali dengan cerita ayahnya.

Cerita ini diawali ketika Dam dewasa yang dikunjungi ayahnya. Ayah Dam yang sudah menjadi seorang kakek menginap di rumah Dam dan setiap malam bercerita pada kedua anak Dam. Dam dewasa bisa dikatakan membenci ayahnya. Dam membencinya semenjak ibu Dam meninggal. Dam menganggap ayahnya berbohong dengan cerita-cerita masa kecil Dam. Dam tak ingin mendengar ayahnya menceritakan cerita-cerita itu kepada anaknya.

Dam adalah anak tunggal. Dia tumbuh dan besar di keluarga sederhana. Meski begitu ayah Dam terkenal sebagai orang yang baik dan ramah. Dam kecil sangat mencintai ibunya. Dia akan sangat khawatir ketika ibunya sakit-sakitan. Jika saat libur sekolah teman-teman seusianya menghabiskan liburannya dengan hal-hal menarik, Dam lebih suka dirumah membantu ibunya mencuci piring dan bersih-bersih rumah. Dam kecil juga senang sekali dengan cerita masa muda Ayahnya.. Cerita kesukaan Dam adalah tentang sang kapten yang dulunya adalah teman ayah Dam.

Sampai suatu saat Dam sudah beranjak remaja dan lulus dari sekolah dasar. Dam dikirim pergi ke sekolah Akademi Gajah. Sebuah sekolah asrama dengan sistem yang unik. Ekstra kurikulernya yang Dam ikuti adalah memanah dan berburu. (Kalau memang sekolah ini benar ada aku juga ingin sekali sekolah disana, sistemnya mungkin bisa dibilang mirip Hoghwarts). Satu hari Dam dihukum untuk membersihkan perpustakaan. Dam berbakat sekali dalam menggambar. Hampir seluruh sudut sekolah sudah ia gambar. Tak terkecuali perpustakaan. Saat dihukum bersama sahabat Dam, Dam lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menggambar sementara teman Dam menghabiskan waktu untuk membaca buku cerita dari perpustakaan tersebut. Karena penasaran dengan apa yang dibaca temannya, Dam juga ikut melihat buku tersebut. Dam terkejut ketika melihat buku-buku yang dibaca temannya itu adalah cerita-cerita yang biasa ia dengar dari ayahnya. Dam merasa sudah dibohongi. (Percaya atau tidak aku juga merasa begitu,  tapi memang kalian harus membacanya sampai akhir baru bisa menilai)

Seperti biasa Tere Liye membuat alur cerita yang sangat apik. Dam bukanlah anak yang tak baik karena dia membenci ayahnya. Dam hanya tak suka dengan cerita-cerita ayahnya. Justru Dam bisa tumbuh menjadi anak yang baik berkat cerita-cerita dari ayahnya. Novel ini juga mengingatkan kita bahwa ketika orang tua kita sudah bertambah tua sebenarnya ia juga butuh banyak pelukan dan kasih sayang dari anaknya, terutama orang tua tunggal. Sayangnya kadang kita tak mengerti, kita terlalu sibuk dengan kehidupan baru yang sudah dibangun bersama orang lain. Lupa bahwa orang tua kita juga masih bagian dari diri kita sehingga tak bijak juga jika harus membiarkannya hidup tua sendirian. 

You Might Also Like

0 komentar